Sabtu, 26 November 2011

PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN SISTEM EKSPOSITORI

Pengertian

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekolompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai meteri pelajaran secara optimal. Roy killen (1998), menamakan strategi ekspositori ini dengan isstilah strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Oleh karena itu strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, Fokus utama sstrategi ini adalah kemampuan akademis (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran yang sering digunakan untuk mengaplikasikan strategi ini adalah metode kuliah atau ceramah.
Sistem ekspositori juga merupakan sistem pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan sistem ekspositori merupakan sistem pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi materi kepada siswa secara langsung.
Penggunaan sistem ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Sistem ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.

Pada umumnya guru lebih suka menggunakan metode ceramah dikombinasikan dengan metode tanya jawab. Metode ceramah banyak dipilih karena mudah dilaksanakan dengan persiapan yang sederhana, hemat waktu dan tenaga, dengan satu langkah langsung bisa menjangkau semua siswa dan dapat dilakukan cukup di dalam kelas. Popham & Baker (1992 : 79) menjelaskan bahwa setiap penyajian informasi secara lisan dapat disebut ceramah. Penyajian ceramah yang bersifat formal dan biasanya berlangsung selama 45 menit maupun yang informal yang hanya berlangsung selama 5 menit. Ceramah tidak dapat dikatakan baik atau buruk, tetapi penyampaian ceramah harus dinilai menurut tujuan penggunaannya.
Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2000 : 13)
metode ekspositori adalah cara penyampaian bahan materi dengan komunikasi lisan. Metode ekspositori lebih efektif dan efisien untuk menyampaikan informasi dan pengertian.
Margono (1989 : 30)
mengemukakan bahwa metode ekspositori adalah metode mengajar yang menggunakan penjelasan verbal. Komunikasi bersifat satu arah dan sering dilengkapi dengan alat bantu, demonstrasi, tanya jawab, diskusi singkat dan sebagainya.
Lebih lanjut Hasibuan dan Moedjiono (2000 : 13) mengemukakan bahwa agar metode ekspositori efektif perlu dipersiapkan langkah-langkah sebagai berikut:
  • merumuskan tujuan instruksional khusus yang luas
  • mengidentifikasi dan memahami karakteristik siswa
  • menyusun bahan materi dengan menggunakan bahan pengait (advance organizer)
  • menyampai-kan bahan dengan memberi keterangan singkat dengan menggunakan papan tulis, memberikan contoh-contoh yang kongkrit dan memberikan umpan balik (feed back), memberikan rangkuman setiap akhir pembahasan materi
  • merencanakan evaluasi secara terprogram.

Karakteristik Pembelajaran Dengan Sistem Ekspositori

Adapun beberapa karakteristik sistem ekspositori di antaranya:
  • Sistem ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.
  • Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
  • Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
Strategi pembelajaran bahasa dengan system ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan bentuk strategi ekspositori.
Contoh pembelajaran bahasa dengan menggunakan metode mubasyarah/ekspositori adalah sebagai berikut:
Pertama : Guru membuka pelajaran langsung berbicara dengan menggunakan bahasa, mengucapkan salam dan bertanya mengenai pelajaran saat itu.siswa menjawab pertanyaan dengan bahasa pula. Demikian guru meneruskan pertanyaan-pertnyaannya dan sesekali memberi perintah.
  • Kedua : Pelajaran berkembang diseputar sebuah gambar yang menjadi media untuk mengajarkan mufradat (kosakata). dan objek didiskusikan sesuai dengan kegiatan yang terpampang dalam gambar. Guru mendemonstrasikan konsep yang belum jelas (abstrak) dengan cara mengulang ulang sampai seluruh siswa memahaminya. Kemudian siswa mengulangi kata-kata dan ungkapan-ungkapan baru serta mencoba membuat kalimat sendiri sebagai jawaban terhadap pertanyaan guru.
  • Ketiga : Setelah mufradat dipelajari dan dipahami, maka guru menyuruh siswa membaca teks bacaan mengenai tema yang sama dengan suara keras. Guru memberi contoh kalimat yang dibaca terlebih dahulu dan siswa menirukan. Bagian yang menjadi inti pelajaran tidak diterjemahkan, tetapi guru menguji pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan. Kalau menemui kesulitan maka guru mengulang penjelasan dengan singkat bahasa dan siswa mencatat.
Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang harus dicapai. Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip berikut ini, yang harus diperhatikan oleh setiap guru.

a. Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran. Memang benar, strategi pembelajaran ekspositori tidak mungkin dapat mengejar tujuan kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya kemampuan untuk menganalisis, mensintesis sesuatu, atau mungkin mengevaluasi sesuatu, namun tidak berarti tujuan kemampuan berpikir taraf rendah tidak perlu dirumuskan. Justru tujuan itulah yang harus dijadikan ukuran dalam menggunakan strategi ekspositori.


b. Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan. Dalam proses komunikasi, bagaimanapun sederhananya, selalu terjadi urutan pemindahan pesan (informasi) dari sumber pesan ke penerima pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan secara utuh. Sebaliknya, sistem komunikasi dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkap setiap pesan yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi oleh berbagai gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi. Akibat gangguan (noise) tersebut memungkinkan penerima pesan (siswa) tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang ingin disampaikan.
Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan yang bisa mengganggu proses komunikasi.

c. Prinsip Kesiapan
Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan mata pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya.

d. Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri. Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan mated pelajaran.


Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Sistem Ekspositori

Ada beberapa langkah dalam penerapan sistem ekspositori yaitu :

a. Persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya adalah:
  • Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
  • Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
  • Bukalah file dalam otak siswa.
b. Penyajian
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu:
  1. penggunaan bahasa,
  2. intonasi suara,
  3. menjaga kontak mata dengan siswa, dan
  4. menggunakan joke-joke yang menyegarkan.


c. Korelasi
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.

d. Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.

e. Mengaplikasikan
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini di antaranya:
  • dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan,
  • dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi yang telah disajikan.

Keunggulan dan Kelemahan Strategi Ekspositori

a. Keunggulan
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
  1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
  2. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
  3. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi.
  4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
  5. Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru.
  6. Guru dapat menentukan hal-hal yang dianggap penting.
  7. Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara individual maupun klasikal .
b. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya:
  • Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
  • Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
  • Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
  • Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
  • Karena lebih banyak satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan terbatas pula.
  • Metode ini tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik seperti aktivitas mental siswa, sehingga siswa yang terlalu banyak mengikuti pembelajaran (kegiatan belajar mengajar) dengan metode ekspositori cenderung tidak aktif dan tidak kreatif.
  • Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran).
  • Pengetahuan yang didapat dengan metode ekspositori cepat hilang, karena seringkali siswa kurang terlibat daam pembelajaran .
  • Kepadatan konsep dan aturan-aturan yang diberikan dapat berakibat siswa tidak menguasai bahan yang diberikan.
  • Karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula.
  • Menuntut konsentrasi yang terus menerus sedangkan hal ini amat sukar dilakukan.
  • Membatasi partisipasi siswa secara aktif.
  • Sulit mengetahui secara tepat pengertian dan reaksi siswa.
  • Tidak dapat digunakan dalam menumbuhkan keterampilan intelektual yang lebih tinggi, yaitu dalam pemecahan masalah .

PENERAPAN REINFORCEMENT DALAM PROSES BELAJAR AGAMA


KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

       
        Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat illahi rabbi yang mana berkat rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang diajukan pada mata kuliah “Psikologi Belajar Agama”.Shalawat beserta salam marilah kita curahkan selalu kepada baginda alam yakni nabi Muhammad  saw.

            Makalah ini adalah sebuah karya yang kami susun berkat kerja sama dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.Maka dari itu kami mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang ikut berperan aktif dalamm terwujudnya makalah ini.Terutama  pada orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupum materil serta sahabat-sahabat kami yang senantiasa memberikan motivasi.

            Makalah yang kami susun ini bukanlah sesuatu yang sempurna, akan tetapi makalah ini terlahir dari kerja keras kami.Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus di perbaharui maka dari itu, kami mengharapkan  kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran supaya dalam pembuatan makalah yang selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi.Terimakasih.

Billahitaufiq wal hidayah
Wassalammu’alaikum Wr.Wb.








DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar ....................................................................................................................  1
2. Daftar Isi .............................................................................................................................  2
3. BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................  3
             A. Latar Belakang ......................................................................................................  3
             B. Rumusan Masalah ..................................................................................................  3
             C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 3
4. BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................  4
             A. Pengertian Reinforcement .....................................................................................  4
             B. Reward dan Punisment dalam Proses Belajar .......................................................  4
             C. Pendapat Ulama tentang Ganjaran dan Hukuman ................................................  7
             D. Teknik-Teknik Pemberian Penghargaan ................................................................  9
5. BAB III PENUTUP ...........................................................................................................  11
             A. Kesimpulan ............................................................................................................  11
             B. Saran ......................................................................................................................  11
Daftar Pustaka .........................................................................................................................  12























BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Ayat Al-Quran banyak membahas tentang penerapan penghargaan dan ganjaran atau hukuman, sanksi atau ancaman sebagai metode dakwah, dalam rangka memotivasi umat manusia untuk beramal shalih, dan mencegahnya dari perbuatan yang jahat dan buruk.
Ayat-ayat yang berkenan dengan pemberian ganjaran atau pahala bagi yang beramal shalih (berbuat baik), di antaranya (QS. An-Nisa [4] : 124) dikatakan “Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, akan Kami masukkan ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal selama-lamanya di dalamnya. Janji Allah adalah benar, dan siapa yang paling benar perkataannya daripada Allah”.
Adapun ayat yang berkenaan dengan pemberian hukuman terhadap orang-orang yang berbuat kejahatan atau keburukan, diantaranya tercantum dalam QS. Al-Baqarah [2] : 126 “(Ingatkah) ketika Ibrahim berdoa: Ya Allah, Tuhanku jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan curahkanlah rizki berupa buah-buahan kepada penduduknya yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Allah berfirman “Kepada orang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa dia menjalani siksa api neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”.

B. Rumusan Masalah
1.        Bagaimana penerapan reward dalam proses belajar agama ?
2.        Bagaimana penerapan punishment dalam proses belajar agama ?
3.        Bagaimana tehnik-tehnik pemberian penghargaan ?
A.    Tujuan Pembuatan Makalah
  1. Untuk mengetahui penerapan reward dalam proses belajar agama.
  2. untuk mengetahui penerapan Punishment dalam proses belajar agama
  3. Untuk mengetahui tehnik-tehnik pemberian penghargaan

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Reinforcement
Reinforcement (peneguhan atau penguatan) diartikan sebagai konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah laku tertentu (Skinner, ahli psikologi belajar behavioristik). Reinforcement kemudian diklasifikasikan ke dalam dua macam, yaitu:
1.      Peneguhan Positif yaitu rangsangan yang memperkuat atau mendorong respon (tingkah laku tertentu). Bentuknya adalah reward (ganjaran, hadiah, atau imbalan), atau secara nonverbal (isyarat, senyuman, hadiah benda, dll).
2.      Peneguhan Negaif yaitu rangsangan yang mendorong seseorang untuk menghindari respon tertentu yang konsekuensi atau dampaknya tidak memuaskan (menyakitkan atau tidak menyenangkan). Peneguhan negative bentuknya berupa hukuman atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Bentuk hukuman yang diberikan guru merupakan peneguhan negative, agar mendorong anak untuk tidak mengulang kembali kesalahannya.

B.     Reward dan Punisment dalam Proses Belajar
1. Reward (Penghargaan)
Penganut teori behavioristik mengatakan bahwa reward adalah pendorong utama dalam proses belajar. Adapun dampak positif reward bagi anak antara lain:
1.      Menimbulkan respon positif,
2.      Menciptakan kebiasaan yang relatif kokoh di dalam dirinya,
3.      Menimbulkan perasaan senang dalam melakukan suatu pekerjaan jika mendapatkan imbalan,
4.      Menimbulkan antusiasme dalam bentuk semangat untuk terus melakukan pekerjaan, dan
5.      Meningkatkan rasa percaya diri.



Pendapat para ahli tentang pemberian reinforcement:
1.      Walberg (Ornstein Allan C., 1990: 13)
Mengatakan bahwa pemberian reinforcement dalam bentuk penghargaan (reward) terhadap perilaku, atau unjuk belajar siswa yang baik merupakan faktor yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap prestasi belajar siswa.
2.      Utami Munandar (1999: 163)
Mengatakan bahwa pemberian hadiah untuk pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik, tidak harus berupa materi. Justru yang terbaik adalah berupa senyuman atau anggukan, kata penghargaan, kesempatan menampilkan dan mempresentasikan pekerjaan sendiri.
            Dalam memberikan reward kepada anak, para ahli mengingatkan agar dilakukan tidak secara berlebihan. Jika berlebihan akan berdampak tidak baik, antara lain:
1.      Anak merasa bahwa tidak ada lagi korelasi (hubungan) antara keberhasilan atau kesuksesan dengan imbalan yang akan diraihnya,
2.      Anak tidak mampu memahami bahwa keberhasilannya dalam belajar merupakan kewajiban fundamental, dan
3.      Anak tidak dapat memahami bahwa fungsi yang harus dilakukannya adalah sebagai pelajar yang tekun.
2. Punisment
Pemberian hukuman atau sanksi kepada anak bertujuan untuk mencegah tingkah laku atau kebiasaan yang tidak diharapkan atau yang bertentangan dengan norma, sehingga anak akan berhati-hati dalam melakukan sesuatu.
Hukuman merupakan teknik untuk meluruskan tingkah laku anak. Pemberian hukuman kepada anak hendaknya didasari perasaan cinta kepadanya, bukan atas dasar rasa benci atau dendam. Hindarkan hukuman yang bersifat fisik, seperti: memukul, menjewer, atau menendang, maupun bersifat psikologis seperti: melecehkan dan mencemoohkan. Terkait dengan cara pemberian hukuman, hindarkan memberikan hukuman kepada anak dihadapan teman-temannya, karena dapat merusak harga dirinya (selfesteem).
Baiknya dijelaskan kepada anak tentang kekeliruan atau kesalahannya dan alasan mengapa tingkah laku atau kebiasaan tersebut harus dihentikan. Alasan yang dikemukakan harus bersifat rasional dan objektif, jangan bersifat subjektif dan alasan-alasan yang tidak masuk akal.
Dalam proses pembelajaran, hukuman yang diterapkan sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan dikurangi seminimal mungkin. Karena apabila kurang hati-hati dan seringnya memberikan hukuman, dapat berdampak negatif bagi perkembangan pribadi anak.
Ahmad Ali Budaiwi (terjemahan M. Syihabuddin, 2002: 44) mengemukakan berdasarkan hasil penelitiannya, “bahwa orang yang cenderung memberikan sanksi tidak dapat meluruskan tingkah laku dan membuahkan hasil. Bahkan sanksi jenis fisik dapat menimbulkan jiwa permusuhan pada diri anak terhadap pihak pemberi hukuman, dan juga dapat menumbuhkan perasaan gagal dalam diri anak”.
Abdullah Nashih Ulwan (terjemahan Jamaluddin Miri, 1995: 166-170), terkait penerapan hukuman, juga mengemukakan beberapa petunjuk Rasulullah SAW tentang metode dan tata cara yang baik bagi para pendidik untuk memperbaiki penyimpangan perilaku anak, meluruskan kebengkokannya, serta membentuk moral dan spiritualnya, yaitu:
1.      Menunjukkan kesalahan dengan pengarahan.
Dalam hadist Bukhori dan Muslim dari Umar bin Abi Salamah ra, ia berkata: “Ketika aku kecil berada dalam asuhan Rasulullah SAW. Pada suatu ketika tanganku bergerak ke sana kemari di atas meja berisi makanan, berkatalah Rasul SAW “Wahai anak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah yang dekat denganmu”.
2.      Menunjukkan kesalahan dengan memberikan isyarat.
Imam Bukhori meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, dia berkata: “Fahal pernah mengikuti Rasulullah SAW. Pada suatu hari datanglah seorang wanita dari Khuts’um yang membuat Fadhal memandangnya dan wanita itu pun memandangnya pula, maka Rasulullah SAW memalingkan muka Fadhal ke arah yang lain…”.
3.      Menunjukkan kesalahan dengan kecaman.
Imam Bukhori meriwayatkan dari Abu Dzar ra, ia berkata: “Saya mencaci seorang laki-laki dengan menjelekkan ibunya (dengan berkata: “Hai anak wanita hitam!”), maka Rasulullah SAW berkata: “Wahai Abu Dzar kamu telah mencacinya dengan menjelekkan ibunya, sesungguhnya kamu orang yang masih berperilaku jahiliyah…”
4.      Menunjukkan kesalahan dengan memutuskan hubungan (memboikotnya).
Diriwayatkan bahwa salah seorang saudara Ibnu Mughaffal melempar dengan telunjuk dan ibu jari, maka Rasulullah SAW melarangnya dan berkata: “Sesungguhnya Rasul SAW melarang melempar dengan telunjuk dan ibu jari, karena sesungguhnya lemparan itu tidak akan mengenai binatang buruan. Kemudian ia mengulangi dan berkata: “Bukankah aku sudah memberitahu kamu bahwa Rasul SAW melarangnya, kemudian kamu kembali mengulanginya? Sama sekali aku tidak akan berbicara lagi denganmu”.
5.      Menunjukkan kesalahan dengan pukulan.
Imam Abu Daud dan Hakim meriwayatkan dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya bahwa Rasul SAW bersabda: “Murǔ aulădakum bishshalăt wahum abnău ‘asyrin, wafarriqǔ bainahum filmadhaji’i. (Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat sejak mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika melalaikannya, ketika mereka berusia 10 tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka).
Hukuman dengan pukulan ini merupakan alternative terakhir, apabila hukuman-hukuman lainnya tidak mempan. Apabila terpaksa menggunakannya, jangan melakukan pada saat sedang marah, dan jangan memukulnya di bagian wajah (walătadhribil wajha).
Cara memukulnya pun tidak seperti pukulan orang yang berkelahi, tetapi dengan pukulan ringan, dan yang dipukul sebaiknya bagian kaki (betisnya).

C. Pendapat Ulama tentang Ganjaran dan Hukuman
1.      Pendapat al-Qabasi
Al-Qabasi berpesan agar guru menyayangi para pelajar, bersikap lemah lembut, memberikan nasihat, dan berperan sebagai pengganti orang tua anak. Dengan demikian ganjaran menurut al-Qabasi bentuknya lebih bersifat psikologis yang tercermin dalam sikap dan perlakuan guru terhadap siswa.
Pendapat al-Qabasi didasarkan kepada hadist-hadist berikut:
a.       Diriwayatkan oleh Aisyah ra bahwasanya Rasul berkata: “Ya Allah, siapa saja yang diserahi kekuasaan menyangkut suatu urusan umatku, lalu dia menyayangi mereka dalam urusan itu, maka sayangilah dia”.
b.      Rasul bersabda: “Allah menyukai kasih sayang dalam segala urusan. Allah hanya menyayangi hamba-Nya yang penyayang”.
Al-Qabasi mengakui adanya hukuman dengan pukulan. Namun dia menetapkan beberapa syarat supaya pukulan itu tidak melenceng dari tujuan preventif dan perbaikan ke penindasan dan balas dendam.
2.      Pendapat al-Ghazali
Al-Ghazali berpendapat bahwa apabila anak memperlihatkan suatu kemajuan, akhlak terpuji, atau perbuatan yang baik, seyogianya guru memuji hasil upaya muridnya, berterima kasih kepadanya, dan mendukungnya di hadapan teman-temannya, guna menaikkan harga dirinya dan menjadikannya sebagai model atau teladan yang harus diikuti.
Pemberian hukuman kepada murid menurut al-Ghazali harus bertujuan kemaslahatan, bukan untuk menghancurkan perasaan pelajar, menyepelekan atau menghina dirinya. Teguran, celaan atau pengungkitan kesalahan yang dilakukan anak (pelajar) secara terus menerus dapat membuatnya menjadi pembangkang, bersikap acuh tak acuh, dan cenderung mengulangi kesalahannya.
3.      Pendapat Ibnu Jama’ah
Menurut Ibnu Jama’ah, imbalan atau pujian lebih kuat dan berpengaruh terhdap pendidikan anak dari pada pemberian sanksi atau hukuman. Sanjungan atau pujian guru dapat mendorong siswa untuk meraih keberhasilan dan prestasi yang lebih baik dan memotivasinya untuk berupaya serta berkompetisi secara sehat di antara sesama siswa.
4.      Pendapat Ibnu Khaldun
Ibnu Lhaldun mengemukakan, bahwa barangsiapa yang mendidik dengan kekeraan dan paksaan, maka siswa akan melakukan suatu perbuatan dengan terpaksa pula, menimbulkan ketidakgairahan jiwa, lenyapnya aktifitas, mendorong siswa untuk malas, berdusta, dan berkata buruk. Siswa akan menampilkan perbuatan yang berlainan dengan kata hatinya, karena takut akan kekerasan.


D. Teknik-Teknik Pemberian Penghargaan
Pemberian penghargaan kepada siswa dapat dilakukan melalui dua teknik, yaitu verbal dan no-verbal (Raka Joni T. & Wardani I.G.A.K. (Ed.), 1984).
1.      Teknik Verbal
Teknik verbal yaitu pemberian penghargaan berupa motivasi, pujian, dukungan, dorongan, atau pengakuan. Bentuk-bentuknya sebagai berikut:
a.       Kata-kata, misal: bagus, benar, betul, tepat, ya, baik, dan sebagainya.
b.      Kalimat, misal: Prestasimu baik sekali..!, Penjelasanmu sangat baik..!, dan sebagainya.
2.      Teknik Non-Verbal
Teknik non-verbal yaitu pemberian penghargaan melalui:
a.       Gestur Tubuh
Yaitu mimik dan gerakan tubuh, seperti senyuman, anggukan, acungan jempol, dan tepukan tangan.
b.      Cara mendekati (Proximity)
Yaitu guru mendekati siswa untuk menunjukkan perhatian atau kesenangannya terhadap pekerjaan atau penampilan siswa.
c.       Sentuhan (contact)
Misalnya dengan menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan, dan mengelus kepala. Dalam menerapkan penghargaan dengan sentuhan ini perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: usia anak, budaya, dan norma agama. Seperti guru pria kurang baik menepuk-nepuk bahu atau mengusap kepala siswa wanita (terutama di jenjang SLTP atau SLTA apalagi bila sudah mahasiswa), begitu pula sebaliknya.
d.      Kegiatan yang Menyenangkan
Yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu kegiatan yang disenanginya sebagai penghargaan atas prestasi atau unjuk belajarnya yang baik. Seperti guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi pemimpin paduan suara (nasyid) sebagai penghargaan atas prestasinya dalam bidang musik.
e.       Simbol atau Benda
Misalnya komentar tertulis secara positif pada buku siswa, piagam perhargaan, dan hadiah (alat-alat tulis, makanan, buku, uang, dsb).
f.       Penghargaan Tak Penuh
Yaitu diberikan kepada siswa yang memberikan jawaban kurang sempurna atau hanya sebagian yang benar. Dalam hal ini guru sebaiknya mengatakan: “Ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan lagi”.




































                                                                                                                 

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Setelah pembahasan tentang Penerapan Reinforcement (reward dan punishment) dalam proses belajar agama dapat disimpulkan yaitu:
  1. Penerapan reward atau penghargaan diberikan kepada anak yang memiliki prestasi yang baik dan jangan diberikan secara berlebihan.
  2. Penerapan punishment (hukuman) diberikan dengan metode yang lemah lembut, menjaga tabiat anak yang salah dan dilakukan secara bertahap juga menggunakan tata cara pemberian hukuman sesuai dengan yang digunakan Rasulullah saw.
  3. Tehnik-tehnik penghargaan ada yang dilakukakan dengan verbal dan juga non verbal.

B.     Saran-saran
Dalam pemberian reinforcement dalam proses belajar agama baik dilingkungan keluarga maupun sekolah seharusnya pendidik memperhatikan metode dan tata cara pemberian reinforcement sehingga pendidikan yang diberikan kepada anak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.











DAFTAR PUSTAKA

1. John M. Echols, Hasan Shadly, Kamus Inggris Indonesia, (Cet. XXIII; Jakarta : PT. Gramedia
    Jakarta, 1996), h. 475.
2. Syamsu Yusuf, Psikologi Belajar, (Cet. I; Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2003), h. 78.
3. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Cet. VI; Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
   2001), h. 109.

4. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Cet. III; Bandung:  PT. Remaja
    Rosda Karya, 2000), h. 186.
5. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 45